Selasa, 30 Oktober 2012

Akibat Suami Pelit Memuji

Mungkin bagi sebagian orang menganggap
perbuatan memuji seseorang adalah hal sepele
yang tak begitu penting. Terkadang ada juga
yang berpendapat "ngapain juga muji-muji
orang, nanti dia ke-GR-an!". Memuji seseorang
memang bukan perbuatan mudah namun
sebenarnya tak terlalu sulit untuk dilakukan.
Kapan terakhir anda memuji penampilan
pasangan atau memuji perhatian dan kasih
sayang pasangan terhadap anda? Ingatkah
kapan terakhir anda memuji masakan istri yang
sebenarnya jika mau jujur rasanya tak begitu
nikmat. Namun demi menyenangkan hati istri,
anda dengan sukacita mengatakan rasanya
sedap dan anda begitu menikmatinya karena
diolah dan dimasak oleh perempuan secantik
istri anda.
Memuji pasangan, memang hal sepele namun
ternyata sangat berpengaruh besar. Banyak
suami yang sudah melupakan hal ini. Setelah
menikah, pujian terhadap istri tak lagi
terdengar. Namun jika diminta pendapatnya
tentang penampilan wanita lain, mereka justru
sering melontarkan pujian yang memabukkan.
Semalam saya berbincang cukup lama dengan
sahabat saya (Nina) tentang betapa pentingnya
memuji pasangan. Ia menceritakan kejadian
yang tengah menimpa sepupunya (sebutlah
namanya Hani). Ternyata persoalan memuji, yang
menurut sebagian orang adalah hal sepele,
menjadi terlupakan karena padatnya volume
pekerjaan masing-masing pasangan di tempat
kerja. Saat di rumah mereka hanya sekedar
melepas rasa lelah. Tak ada lagi terpikirkan
untuk saling memuji satu sama lain.
Hani (38) menikah dengan Tomi (40), seorang
suami yang baik, penyabar, religius dan disegani
kerabat maupun sahabat. Secara kasat mata
memang tak ada yang salah dalam diri Tomi.
Saat ini Hani tengah menyelesaikan kuliah S2 di
sebuah Perguruan Tinggi Negeri. Selama ini
hubungan Tomi dan Hani baik-baik saja. Bisa
dikatakan mereka keluarga Samara yang banyak
diimpikan oleh pasangan lain. Materi berlimpah,
kendaraan ada, anak-anak sehat dan pekerjaan
mapan.
Selama ini Hani sering diantar jemput oleh
supirnya. Beberapa bulan terakhir Hani tak lagi
diantar supirnya karena ia diantar oleh teman
kuliahnya (Johan) yang rumahnya kebetulan
searah dengannya. Johan seringkali mengajak
serta teman-teman kuliah Hani yang lain.
Awalnya mereka berempat, namun yang paling
terakhir diantar pulang adalah Hani.
Selama ini Hani tak menganggap spesial
hubungan pertemanannya dengan Johan. Johan
yang juga telah berkeluarga itu ternyata
memiliki kharisma luar biasa. Ia kerapkali
memuji penampilan Hani. Mulai dari tatanan
rambut, pakaian, hingga aroma parfum Hani.
Hani yang selama ini tak pernah mendengar
pujian dari Tomi tentulah dibuat melayang oleh
pujian Johan yang datang bertubi-tubi
kepadanya.
Kebersamaan Hani dan Johan selama perjalanan
pulang kuliah itu kemudian menimbulkan rasa
lain di hati keduanya. Hani tahu persis karakter
Johan yang mudah dekat dengan wanita lain.
Mungkin inilah kelebihan Johan. Jiwa playboy
yang melekat padanya menjadi jurus yang ampuh
untuk meluluhlantakkan hati Hani.
Saat Johan menyatakan cintanya kepada Hani,
Hani tak kuasa menolaknya. Sejujurnya Hani
merasa berdosa karena telah mengkhianati Tomi.
Namun lagi-lagi pesona Johan mampu menutup
akal sehat Hani. Bagaimana mungkin Hani tak
merasa bersalah. Sebagai istri, Hani selalu
diperlakukan baik oleh Tomi. Tomi tak pernah
bersikap kasar atau memaki Hani. Tomi yang
santun selalu menunjukan perhatian terhadap
keluarga. Hanya saja satu hal yang disayangkan
Hani, Tomi jarang sekali memuji dirinya.
Berdandan secantik apapun di depan Tomi, tak
lantas membuat Tomi memuji Hani. Saat Hani
menghidangkan masakan andalannya, lagi-lagi
Tomi tak berkomentar banyak tentang jerih
payahnya yang hampir seharian berkutat di
dapur. Saat tidur, Hani sengaja memakai
lingerie terbaru dengan aroma parfum menggoda
berharap Tomi akan memuji kemolekan
tubuhnya. Namun tetap saja nihil! Tomi hanya
tersenyum saja melihat penampilan menggoda
Hani.
Kekecewaan demi kekecewaan yang terpendam
di hati Hani langsung memudar begitu saja saat
pria lain masuk dengan mudahnya ke dalam
relung hati Hani dengan segala pujian yang
memabukan. Johan yang berpengalaman dan tahu
bagaimana cara mengambil hati seorang wanita
tentu saja bisa dengan mudah mendapatkan
cinta Hani.
Saat ini hubungan terlarang Hani dan Johan
masih terus berjalan. Hani juga bercerita ia
telah beberapa kali menikmati malam berdua
saja dengan Johan. Pergi nonton, dinner di
tempat romantis atau pergi ke suatu tempat di
mana hanya mereka saja yang ada di sana.
Entahlah sejauh mana hubungan keduanya
terjalin.
Saat Hani menceritakan kepada Nina betapa
perang batin yang menderanya sungguh membuat
jiwanya tersiksa. Hani sungguh merasa sangat
berdosa saat berhadapan dengan Tomi. Ia ingin
sekali menghentikan hubungannya dengan Johan
namun terasa sulit mengingat pertemuan intens
mereka yang masih terus berlangsung. Hari
merasakan kenyamanan yang berbeda saat
bersama Johan. Sikap Johan yang selalu
memperlakukannya bak tuan putri begitu
berkesan di hati Hani.
Sebenarnya masalah yang membelit Hani bukan
semata-mata karena kekecewaannya terhadap
Tomi suaminya. Affair yang terjadi antara Hani
dan Johan sebenarnya murni karena ritme
pertemuan mereka yang terlalu sering.
Kesempatan itulah yang akhirnya membuat
keduanya tak mampu lagi menepis hasrat yang
bergelora di hati mereka.
Apapun dalih atau alasan Hani berselingkuh tak
lantas bisa dijadikan pembenaran. Namun bila
kita melihat latar belakang berkembangnya rasa
di hati Hani karena kekecewaan yang selama ini
bersemayam di hatinya mengingat ia jarang
sekali mendapat pujian dari Tomi mungkin hal
itu bisa dimaklumi. Bukan berarti karena
kekecewaannya itu lantas membuatnya berpaling
dan mencari kenyamanan dengan pria lain.
Sangat disayangkan jika rumah tangga yang
awalnya tanpa prahara harus dihiasi dengan
kisah-kisah terlarang yang membuat hati tak
tentram.
Kisah Hani ini menjadi menarik karena bisa
dikatakan akibat suami yang pelit memuji
ternyata berdampak luar biasa terhadap psikis
seorang istri. Memuji pasangan, mungkin bukan
perbuatan yang mudah namun hal itu bukanlah
pekerjaan sulit.
Perlu kita ingat bahwa manusia membutuhkan
penghargaan untuk memotivasi dirinya. Apalagi
penghargaan yang datang dari pasangan kita
sendiri, tentulah akan sangat berarti. Bisa kita
bayangkan seorang istri dengan niat ingin
menyenangkan hati suami membuatkan masakan
semampu yang ia bisa dengan harapan suaminya
bisa menghargai usahanya. Namun harapan itu
mendadak pupus saat mendapati tak ada
satupun pujian terlontar dari bibir suaminya.
Saya yakin tidak ada orang di muka bumi ini
yang tidak senang mendapat pujian. Bukankah
Islam pun menganjurkan dalam rumah tangga
untuk saling menyenangkan satu sama lain.
Bahkan Rasulullah pun suka sekali memuji
istrinya.
Tak ada ruginya jika kita mau sedikit royal
melontarkan pujian terhadap pasangan. Selain
membuat hatinya senang, tentulah pahala akan
kita dapatkan karena membuat hati pasangan
berbunga-bunga. Untuk para suami, belajarnya
untuk lebih sering memuji istri anda. Tentunya
anda takkan rela jika istri anda justru
mendapat pujian dari pria lain khan?
So… kenapa masih pelit memuji pasangan anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar