Kamis, 10 Januari 2013

Kisah Telur dan Tempe Gosong

Suatu malam, ibu yg bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari,
membereskan rumah tanpa pembantu, jam tujuh malam ibu selesai
menghidangkan makan malam utk ayah, sangat sederhana, berupa telur
mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.

Sayangnya karena mengurusi adik yg merengek, tempe dan telor gorengnya
sedikit gosong!

Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, minyak
gorengnya sudah habis.

Kami menunggu dengan tegang apa reaksi ayah yg pulang kerja pasti
sudah capek, melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.

Luar biasa!! Ayah dgn tenang menikmati dan memakan semua yg disiapkan
ibu dgn tersenyum, dan bahkan berkata, "Bu terima kasih ya!" Lalu ayah
terus menanyakan kegiatan saya dan adik di sekolah.

Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf
karena telor & tempe yg gosong itu dan satu hal yang tidak pernah saya
lupakan adalah apa yg ayah katakan:

"Sayang, aku suka telor dan tempe yg gosong."

Sebelum tidur, saya pergi utk memberikan ciuman selamat tidur kepada
ayah, saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai telur dan tempe
gosong?"

Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya dan berkata, "Anakku,
ibu sudah bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar sudah
capek, jadi sepotong telor dan tempe yg gosong tidak akan menyakiti
siapa pun kok!"





Ini adalah pelajaran yg dapat kita praktekkan. Belajar menerima
kesalahan orang lain, adalah satu kunci yg sangat penting untuk
menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh dan abadi.

Ingatlah emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang ada, jadi
selalulah berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi pasti
punya alasannya sendiri.

Janganlah kita menjadi orang yang egois hanya mau dimengerti, tapi
tidak mau mengerti.

Tua itu pasti, tapi Dewasa itu PILIHAN... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar